Bila kita
tengok sejarah peradaban manusia, kita telah mengenal budaya yang dimulai
dengan bagaimana sekelompok manusia mengenal akan pentingnya bersosialisasi
dengan lingkungannya, sehingga manusia dapat mempertahankan hidup. Salah satu
potensi yang dianugerahkan Sang Pencipta adalah kemampuan bersosialisasi dengan
sesamanya, yang ditampilkan dalam kerukunan sebuah keluarga, bertetangga, tempat
kerja, lingkungan sekolah, atau ditempat umum. Tingkah laku kita dapat
mencerminkan kepribadian, sehingga apakah kita tergolong insan yang mulia atau
sebaliknya, karena sesuai pesan Nabi Muhammad SAW bahwa sebaik-baik manusia adalah
yang paling baik ahlaknya, karena akan terjalin
keharmonisan berkomunikasi, kemanfaatan potensi diri terhadap lingkungannya.
Aplikasi dalam keluarga bagaimana seluruh
elemen keluarga dapat menempatkan diri menurut perannya, orang tua sebagai
suritauladan (parrent as a good sample and education resource) bagi
anak-anaknya, kearifan dalam menerapkan
aturan menanamkan kesan mendalam terhadap anak bagaimana ia akan berbicara,
bertindak dan dapat berinteraksi dengan baik terhadap orang tua atau sesama
temannya, terpupuknya kebiasaan baik mendorong anak tumbuh sebagai generasi
“SHOLIHIN” yang secara kontinyu senang dengan kebaikan-kebaikan yang tersebar
dilingkungannya.
Di lingkungan
sekolah peran guru sebagai transformer ilmu, tentunya tidak terbatas hanya
berkutat dengan menyampaikan mata pelajaran yang harus dituntaskan dalam kurun
waktu yang ditetapkan sesuai kalender pendidikan saja, lebih jauh banyak orang
tua murid berharap banyak akan keberhasilan anaknya agar sekolah yang dijalani
anaknya menjadi lembaga penggemblengan kecerdasan menciptakan generasi
unggulan, sehingga lingkungan sekolah harus secara kontinyu menerapkan aturan
yang manusiawi artinya setiap siswa memiliki potensi diri yang beragam yang
datang dari berbagai latarbelakang siswa yang berbeda, kerjasama yang baik antara
orang tua siswa dan guru harus terjalin, mengingat banyak sekali yang
mempengaruhi pribadi siswa yang terkadang menjadi ”anak manis “ dirumahnya
tetapi masih gamang dan tidak punya tameng diri untuk menangkal pengaruh buruk
yang ditampilkan lingkungan saat dia berinteraksi sosial, adakalanya dia tidak
mampu selektif, prilaku mana yang bermanfaat dan konstruktif dan mana yang
bersifat merugikan atau destruktif, akibat bias tersebut tidak sedikit pelajar
yang seharusnya berada dilingkungan sekolah saat jam belajar malah berada
ditempat yang tidak layak dihuni kaum pelajar seperti supermarket, lokasi play
station, kafe, dan sebagainya, bahkan tidak sedikit mereka menjadi alat untuk
menjalankan kejahatan seperti peredaran ”NARKOBA”, berprilaku seks bebas oleh
oknum yang tidak bertanggungjawab. Namun apakah sepenuhnya kesalahan mereka? Adalah menjadi ”pekerjaan rumah” semua pihak
untuk memformulasikan berbagai kiat agar tingkah laku siswa menunjukkan
tampilan positif selalu menjunjung tinggi akhlakul karimah.
Implementasi
akhlakul karimah, secara sederhana dapat dimulai dari hal-hal yang kecil, seperti
uluk salam setiap kali bertemu orang tua, guru dan teman. Bertutur kata yang
lemah lembut dan sopan, tentunya keterlibatan orang tua guru dan siswa harus
terjalin, artinya saat siswa berada dirumah maka orang tua sepenuhnya
berkewajiban menerapkan sifat-sifat ahlakul karimah, saat disekolah maka aturan
yang dibuat harus menjadi pembelajaran yang bersifat tidak sesaat sehingga
dapat menanamkan bagaimana ajaran
akhlakul karimah menjadi suatu kebutuhan bagi siswa, dan tentunya potensi siswa
itu sendiri harus mampu dan mau terus menerus diasah agar dapat mensinergikan
prilaku positif dirumah, disekolah maupun dilingkungan masyarakat.
Kemampuan
berakhlakul karimah yang berkesinambungan baik yang ditunjukkan oleh guru, orang
tua dan siswa, Insya Alloh akan menjadi suatu kebutuhan dan bukan suatu
keterpaksaan, maka dapat dibayangkan dan diharapkan akan menciptakan
keharmonisan terwujudnya masyarakat yang sangat mendambakan kondisi lingkungan
yang indah, terpenuhinya hak dan kewajiban sehingga terhindar dari prilaku
negatif, semua mengakui bahwa adalah
kita membutuhkan suatu generasi yang sangat
menjunjung tinggi pentingnya akhakul karimah, sehingga dalam hidup kita
mempunyai motto “Indahnya Berakhlak Mulia”
Dra. NURLAELA
Guru
DTA dan TPQ Al-Muwahhidin Kecamatan Kasokandel sertaGuru Fisika : SMAN 1 Kasokandel Majalengka, MAN Model Ciwaringin Cirebon
Guru Fisika Full day MAN Babakan Ciwaringin Cirebon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar